SEJARAH ANCARAN
Nama Ancaran diambil dari nama seorang wanita putri Ki Gede Luragung yang mempunyai 2 orang anak yaitu SANGKUKU ( Pangeran Kuningan ) dan adiknya Nyi Ancaran. Dan konon menurut cerita Nyi Ancaran ini bermukim dan meninggal serta dikebumikan di desa Ancaran sehingga namanya diabadikan menjadi nama desa, tidak ada nama desa yang sama di Indonesia tidak seperti nama desa lain banyak yang sama, yang sampai sekarang di sebut Desa Ancaran dengan luas wilayah 177,028 Ha. Penduduknya sebagian besar bermata pencaharian dagang dan tani.
Desa ancaran terbentuk tahun 1727 dengan Kepala Desa Pertama diberi mandat langsung oleh Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Girang dengan bukti Surat Keputusan (SK) Kuno yang diungkus kain putih dan ditempatkan dalam bumbung bambu, sampai sekarang masih terpelihara baik sebagai estafet bukti sejarah SK dari Kuwu ke Kuwu selanjutnya dimulai dari Kuwu Mare yang menduduki jabatan Kepala Desa selama 60 tahun sejak tahun 1927 sampai tahun 1787.Habis masa jabatan Kuwu Mare digantikan oleh Putranya yang pertama yaitu Kuwu Suradijaya dan menjabat selama 25 tahun sejak 1787 sampai 1812 kemudian digantikan oleh adiknya yaitu Kuwu Sastradijaya dengan masa jabatan selama 40 tahun sejak tahun 1812 sampai tahun 1852 Dan selanjutnya dijabat oleh orang lain yaitu Kuwu Jaenal Asro selama 35 tahun sejak tahun 1852 sampai 1887.
Sejak saat itu pejabat kepala desa tidak digantikan lagi oleh keturunan namun oleh orang lain yaitu Sastrawijaya yang menjabat selama 25 tahun sejak 1887 sampai tahun 1912 dan kemudian Kuwu H. Dulmajid yang menjabat selama 4 tahun sejak tahun 1912 sampai 1916 digantikan lagi oleh Kuwu H. Durajak yang menjabat selama 12 tahun sejak tahun 1916 sampai 1928 kemudian Kuwu Sastra Atmaja selama 8 tahun sejak tahun 1928 sampai tahun 1936 selanjutnya dijabat lagi oleh seorang Haji yaitu Kuwu H. Mochtar selama 12 tahun sejak 1936 sampai tahun 1948 digantikan lagi oleh Kuwu Wirya Sasmita selama 7 tahun sejak tahun 1948 sampai tahun 1955 yang kemudian digantikan oleh Kakeknya sekdes sekarang yaitu Kuwu Atmaja selama 11 tahun baru sejak tahun 1955 sampai tahun 1966.
Pada jabatan Kuwu ini banyak sekali kelompok – kelompok MAKAR ( yang ingin merebut kekuasaan Negara ) diantaranya DI ( Darrul Islam ) umum disebutnya kelompok gorombolan yang seringkali mengacak-acak / merampok dan mengintimidasi Desa – desa dan rakyatnya yang pada zaman ini sambil mencari bekal & dana perjuangan untuk dibawa ke markasnya di gunung Ciremai serta sering kali terjadi penculikan terhadap warga desa yang dianggap mempunyai potensi untuk menjadi anggota kelompok DI tersebut dan alhamdulillah pada tahun 1960 an DI dapat ditumpas oleh tentara Brawijaya yang konon didatangkan dari Jawa Timur ditugaskan oleh Pemerintah Pusat untuk menumpas DI dimaksud.
Era baru setelah tertumpasnya DI mulai muncul seorang Kuwu yang berlatar belakang dari Pensiunan Polisi yaitu Kuwu Effendi ( H. Ibrohim ) yang menjabat selama 7 tahun sejak tahun 1966 sampai tahun 1973 kemudian digantikan oleh seorang Guru SD yaitu Kuwu Supartoni ( H. Sukron ) dengan masa jabatan paling pendek yaitu selama 3 tahun sejak tahun 1973 sampai tahun 1976 dan digantikan lagi oleh seorang Pensiunan Polisi yaitu Kuwu Satari yang menjabat selama 9 tahun sejak tahun 1976 sampai tahun 1985 penggantinyapun seorang pensiunan Polisi lagi yaitu Kuwu Bachri ( H. Bachri ) yang menjabat selama 15 tahun dari tahun 1985 – 1999 dan meninggal bulan Oktober 1999 masih pada masa jabatan